PERBANDINGAN PENGGUNAAN RESEP KANJI KONVENSIONAL DAN RESEP KANJI COMPOUND PADA BENANG KAPAS Ne1 40

Abstract

Penganjian (sizing) adalah proses pelapisan benang-benang lusi yang akan ditenun menggunakan bahan kimia tertentu agar benang-benang lusi tidak mudah putus. Tujuan dari proses penganjian untuk meningkatkan daya tenun (weave ability) yang mampu mengikat serat-serat pada masing-masing benang sehingga tahan terhadap gesekan yang diterima selama proses pertenunan, seperti : tahan terhadap gesekan yang disebabkan oleh naik turunya gun, maju mundurnya sisir tenun, dan gesekan antar benang yang berdekatan. PT Indo Pacific menggunakan dua jenis resep kanji pada proses penganjian yaitu resep kanji konvensional dan resep kanji compound. Resep kanji konvensional yaitu komposisinya disesuaikan dengan standar perusahaan sedangkan resep kanji compound komposisinya telah ditetapkan oleh perusahaan yang menjual resep tersebut. Resep kanji konvensional memiliki biaya yang lebih tinggi dibandingkan resep kanji compound karena memerlukan pembelian bahan-bahan secara terpisah, sedangkan resep kanji compound dibeli dalam kemasan siap pakai. Saat ini, PT Indo Pacific belum melakukan studi mendalam terkait hasil proses penganjian menggunakan kedua jenis resep tersebut. Tujuan penelitian ini untuk menentukan resep kanji manakah yang menjadi pilihan utama perusahaan. Bahan-bahan utama yang digunakan untuk pembuatan larutan kanji yaitu air, starch, Polivinil Alkohol (PVA) ataupun Acrylic dan Wax. Adapun bahan-bahan pembantu yaitu zat anti jamur (anti septic), zat anti statik (anti static), dan zat anti busa (anti foam). Untuk membandingkan kedua resep tersebut, penulis melakukan penelitian dan pengamatan seperti menghitung size pick up, memeriksa jumlah putus benang lusi yang terjadi selama proses pertenunan, melakukan pengujian kekuatan tarik dan mulur, melakukan pengujian tahan gosok benang, serta analisis biaya pada penggunaan masing-masing resep kanji. Dari hasil penelitian diperoleh hasil size pick up pada resep kanji konvensional sebesar 13,67% sedangkan pada resep kanji compound sebesar 13,12%, kedua hasil size pick up tersebut memenuhi standar perusahaan yaitu 13%-14%, pengamatan jumlah putus lusi selama 12 hari dengan resep kanji konvensional didapatkan hasil 6,55/shift sedangkan pada resep kanji compound didapatkan hasil 7,47/shift hasil dari kedua resep tersebut memenuhi standar perusahaan yaitu 8/shift, pengujian kekuatan tarik dan mulur benang per helai didapatkan hasil kekuatan tarik benang pada resep kanji konvensional sebesar 345,2 gram/helai dan mulur sebesar 4,28%, sedangkan pada penggunaan resep kanji compound sebesar 309,4 gram/helai dan mulur sebesar 4%. pengujian tahan gosok benang didapatkan tahan gosok benang dengan menggunakan resep kanji konvensional sebesar 9500 gosokan, sedangkan pada penggunaan resep kanji compound sebesar 9000 gosokan, biaya resep kanji konvensional sebesar Rp. 2.472.625 sedangkan biaya resep kanji compound sebesar Rp. 1.676.100. Dapat disimpulkan kedua resep kanji tersebut memenuhi standar perusahaan namun selisih biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam sekali penganjian cukup besar, maka resep kanji compound menjadi pilihan utama dalam proses penganjian.