Please use this identifier to cite or link to this item: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/861
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorIbnu, Ramdhani-
dc.date.accessioned2023-02-27T02:55:46Z-
dc.date.available2023-02-27T02:55:46Z-
dc.date.issued2014-
dc.identifier.urihttp://localhost:8080/jspui/handle/123456789/861-
dc.description.abstractPada bagian twisting di PT. BUCP memproduksi benang twist dan benang interlace. Dengan melakukan proses perangkapan (doubling) dengan mesin interlace yang bertujuan untuk merangkap dua jenis benang yang berbeda yaitu benang DTY dengan benang spandex. Benang interlace dapat didefinisikan sebagai benang multifilament sintetik yang telah diubah bentuknya ke dalam bentuk simpul (compacted area) dan bentuk filamen terbuka (openly atau loosely filament) yang muncul bergantian pada jarak-jarak yang beraturan. Proses tersebut terbentuk dengan bantuan semburan udara atau angin. Benang interlace dikenal juga sebagai benang bulky yaitu benang yang memiliki kenampakan lebih besar dari pada volume yang sesungguhnya. Mutu benang interlace yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa variabel, yaitu: tekanan angin, tegangan benang, dan kecepatan penggulungan. Dengan kombinasi yang tepat maka akan dapat dihasilkan benang interlace yang baik atau sesuai dengan standar yang diinginkan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses perangkapan polyester dan spandex, yaitu untuk benang polyester ketika diproses di mesin interlace, maka harus mencapai interlace per meter yang sesuai dengan standar perusahaan yaitu 80-90 interlace/meter. Benang spandex yang dirangkap dengan polyester seharusnya saling berkaitan atau menyimpul dengan interval tertentu sesuai pada banyaknya campacted area. Pada bagian twisting sering terjadi antara benang polyester dengan spandex tidak menyimpul dengan baik sesuai dengan standar yang kemudian disebut soft knot. Soft knot tersebut selain mengurangi mutu benang interlace juga mengurangi efisiensi produksi. Untuk mengetahui kombinasi yang tepat dalam pembuatan benang interlace, maka penulis melakukan percobaan pembuatan benang interlace dengan bahan baku yang digunakan yaitu benang polyester DTY 300 TD dengan spandex 70 TD di mesin Interlace. Besar tekanan angin yang digunakan yaitu 0.36 Mpa (3.6 bar) dan tegangan benang yang digunakan yaitu 20 gram. Variasi yang digunakan pada nozel yaitu menggunakan nozel dengan diameter saluran udara 1.4 mm, 1.6 mm dan 1.8 mm. Sedangkan pada kecepatan penggulungan yaitu menggunakan variasi kecepatan 180 rpm, 230 rpm dan 280 rpm. Pengujian mutu yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh kombinasi variasi kedua faktor di atas adalah pengujian jumlah interlace/meter yang dihitung secara visual dengan dilihat langsung. Setelah dilakukan pengujian mutu terhadap proses doubling benang DTY 300 TD dan spandex 70 TD, ternyata kombinasi yang tepat antara nozzle dan kecepatan penggulungan yang menghasilkan interlace per meter paling optimal dan sesuai standar perusahaan yaitu memakai nozzle dengan diameter 1.8 mm dan 230 rpm yaitu dengan rata-rata 95,7 interlace per meter.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.titlePENGARUH DIAMETER NOZZLE DAN KECEPATAN PENGGULUNGAN PADA PERANGKAPAN BENANG DTY 300 TD DENGAN SPANDEX 70 TD TERHADAP INTERLACE PER METER BENANG INTERLACEen_US
dc.typeOtheren_US
Appears in Collections:Teknik Tekstil

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
BAB I.pdf250.6 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Isi.pdf165.48 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Pustaka.pdf92.75 kBAdobe PDFView/Open
Intisari.pdf173.83 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.