Please use this identifier to cite or link to this item: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/333
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorMia, Artiani-
dc.date.accessioned2022-11-24T07:45:55Z-
dc.date.available2022-11-24T07:45:55Z-
dc.date.issued2016-
dc.identifier.urihttp://localhost:8080/jspui/handle/123456789/333-
dc.description.abstractPT Trisco TAM memiliki batas toleransi perbaikan sebesar 2,5 % dari output produksi per bulannya, akan tetapi pada kenyataannya jumlah produk yang mengalami perbaikan lebih dari batas toleransi. Pengamatan yang dilakukan pada bulan Maret 2016 pada produk men jacket, angka kegagalan proses pada produk tersebut sebesar 12,67% dari output produksi sebesar 57.701 pcs. Perbaikan yang paling besar ditemukan yaitu kegagalan proses spreading,cqc cutting dan penjahitan dengan bentuk kegagalan berupa damage sebanyak 455 kegagalan dari total sebesar 7.314 kegagalan. Kegagalan proses ini terjadi karena penggunaan SOP dan Work Instruction yang sudah dibuat oleh perusahaan tidak di pakai baik dalam pemeriksaan komponen, spreading dan ketika proses penjahitan dan penggunaan jarum yang tumpul. Upaya perbaikan pada kegagalan proses ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pengawasan terhadap operator spreading dan qc cutting dalam melaksanakan pekerjaannya, sosialisasi mengenai SOP dan Work Instruction (WI), dan melakukan training. Perbaikan kedua kegagalan proses yaitu akibat proses hemming dengan bentuk kegagalan hem broken stitch sebesar 356 kegagalan dari total kegagalan sebesar 7.314. Hem broken stitch terjadi karena adanya gerakan jarum yang tumpul, pengaturan tegangan benang yang salah, adanya meja kerja di area kerja yang rusak yang menyebabkan jeratan putus, dan konsentrasi operator yang berkurang. Upaya perbaikan yang dilakukan pada jenis kegagalan yaitu dengan menempatkan qc in line setelah proses hemming selesai, penyetelan tegangan benang setiap pergantian style baru dan pengecekan jarum. Kegagalan proses yang terjadi dihitung berdasarkan nilai severity, occurance dan detection sehingga didapatkan nilai RPN dari setiap kegagalan proses. RPN kegagalan proses dengan bentuk damage sebesar 252 jika damage berada di zona A, RPN 144 jika damage berada di zona B dan RPN sebesar 36 jika damage berada dalam zona C. Kegagalan pada proses hemming mendapatkan nilai RPN sebesar 144 dimana kegagalan proses berada dalam zona B. Setelah diterapkan perbaikan pada produk men jacket, perbaikan tersebut dapat mengurangi presentase kegagalan proses. Penurunan pada kegagalan damage dari jumlah kegagalan sebanyak 455 menjadi 320 atau dengan nilai persentase penurunan kegagalan sebesar 29,67%. Penurunan pada kegagalan proses hemming dengan bentuk kegagalan hem broken stitch sebesar 90,45%.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.titleANALISIS PENYEBAB CACAT PRODUK MEN JACKET DENGAN MENGGUNAKAN METODA FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSISen_US
dc.typeOtheren_US
Appears in Collections:Produksi Garmen Dan Fashion Desain

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
BAB I.pdf234.55 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Isi.pdf261.09 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Pustaka.pdf170.33 kBAdobe PDFView/Open
Intisari.pdf174.7 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.