Please use this identifier to cite or link to this item: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/29
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.authorEgie, Sofian-
dc.date.accessioned2022-11-04T08:02:55Z-
dc.date.available2022-11-04T08:02:55Z-
dc.date.issued2014-
dc.identifier.urihttp://localhost:8080/jspui/handle/123456789/29-
dc.description.abstractSalah satu tahapan persiapan pertenunan di PT SINAR RAGAMINDO UTAMA Site Plant 2 adalah proses perangkapan benang. Mesin yang digunakan untuk melakukan perangkapan benang adalah mesin bobin winder. Masalah yang terjadi pada proses perangkapan benang menggunakan mesin bobin winder adalah ketika terjadi putus benang, operator mengalami kesulitan untuk memantau posisi benang yang putus karena tidak terdapatnya alat untuk memberikan tanda kepada operator, serta saat salah satu benang yang dirangkap putus, benang yang tidak putus akan tetap diproses oleh mesin bobin winder dan mengakibatkan terjadinya benang tunggal pada gulungan. Benang tunggal yang dibuang menjadi limbah karena benang tunggal yang dibuang tidak bisa digunakan kembali pada mesin bobin winder. Oleh karena itu jumlah limbah yang dihasilkan mesin bobin winder melebihi standar yang ditetapkan perusahaan. Berdasar kepada jumlah limbah yang dihasilkan oleh mesin bobin winder, maka diperlukan alat yang memiliki fungsi untuk mengurangi limbah yang dihasilkan. Alat yang digunakan adalah sensor putus benang. Pemasangan sensor putus benang pada mesin bobin winder diharapkan bisa mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan, karena sensor putus benang memberikan sinyal berupa cahaya kepada operator. Sinyal yang diberikan kepada operator mempermudah operator untuk menemukan posisi benang tunggal yang putus dan memudahkan operator untuk memutus benang tunggal yang tetap tergulung pada bobin. Oleh karena itu limbah yang dihasilkan oleh mesin bobin winder bisa berkurang, sehingga limbah yang dihasilkan bisa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan yakni sebesar ( 5 % atau 27,50 g / bobin ) dilakukan pengujian untuk mengetahui jumlah limbah yang dihasilkan oleh mesin bobin winder baik sebelum atau setelah sensor putus benang dipasang. Jumlah limbah yang dihasilkan sebelum sensor putus benang dipasang pada mesin bobin winder yaitu sebesar 7,066 % atau 38.65 g / bobin, sedangkan limbah yang dihasilkan setelah sensor putus benang dipasang pada mesin bobin winder yaitu sebesar 0,309 % atau 1,69 g / bobin . Berdasarkan hasil perbandingan jumlah limbah yang dihasilkan, terlihat bahwa pemasangan sensor putus benang pada mesin bobin winder memiliki pengaruh terhadap persentase limbah yang dihasilkan oleh mesin bobin winder.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.titleSTUDI PEMBUATAN SENSOR PUTUS BENANG PADA MESIN BOBIN WINDER YANG DIMODIFIKASIen_US
dc.typeOtheren_US
Appears in Collections:Teknik Tekstil

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
BAB I.pdf182.22 kBAdobe PDFView/Open
BAB II.pdf264.58 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.