Please use this identifier to cite or link to this item:
http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/1381
Full metadata record
DC Field | Value | Language |
---|---|---|
dc.contributor.author | Alyani, Fajrin | - |
dc.date.accessioned | 2024-08-26T04:28:08Z | - |
dc.date.available | 2024-08-26T04:28:08Z | - |
dc.date.issued | 2021 | - |
dc.identifier.uri | http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/1381 | - |
dc.description.abstract | Insock merupakan komponen sepatu yang tidak dapat/dapat dilepas, digunakan untuk menutup sebagian atau keseluruhan sol dalam (insole) dan menjadi bagian inti pada sebuah sepatu. Dampak COVID-19 mengharuskan perusahaan sepatu membuat inovasi pada komponen bahan baku selain menggunakan serat sintetis, karena serat sintetis telah banyak digunakan dan tidak ramah lingkungan. Pemanfatan serat alam mulai dikembangkan, namun masih sedikit yang memanfaatkan serat bambu tali (Gigantochloa apus) sebagai bahan dasar dalam pembuatan insock. Untuk menekan jumlah produksi serat sintetis, serat bambu akan diteliti dan dijadikan sebagai bahan baku alternatif insock sepatu. Maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh dari proses pembuatan serat dan perbedaan gramasi kain non-woven terhadap kualitas insock sepatu pengaman berbahan dasar serat bambu tali dan mendapatkan hasil insock yang sesuai dengan standar. Penelitian awal dilakukan dengan percobaan membuat serat dari batang bambu tali menggunakan proses ekstraksi dengan metode mekanis (menggunakan mesin) dan kimia (menggunakan zat kimia/senyawa). Selanjutnya dengan proses pembuatan non-woven menggunakan mesin kempa panas (hot press) dengan suhu 1500C, tekanan 70 bar dan lama waktu penekanan 45 detik. Perbedaan gramasi non-woven yang dibuat yaitu 100 gram/30 cm2, 110 gram/30 cm2 dan 120 gram/30 cm2. Tiap gramasi akan dibuat sample insock sepatu pengaman untuk dibandingkan manakah hasil yang sesuai dengan standar berdasarkan pengujian yang akan dilakukan. Pengujian yang dilakukan untuk tatakan/insock sepatu pengaman sesuai dengan SNI 8877:2020 yaitu pengujian tahan kikis/abrasi kering dan basah, absorbsi dan desorbsi, serta ketebalan tatakan. Pengujian tahan kikis/abrasi pada siklus 25.600 (kering) dan siklus 12.800 (basah) di tiap variasi gramasi tidak memiliki lubang sesuai dengan standar tidak ada lubang. Pengujian absorbsi pada insock memenuhi standar yang ditentukan yaitu minimal 70 gram/ m2 dan pengujian desorbsi juga sesuai dengan standar yaitu minimal diatas 80%. Pengujian ketebalan insock memiliki hasil diatas 2 mm sesuai dengan standar. Pengujian perhitungan jumlah bakteri yaitu tidak melebihi pengenceran 10-8. Berdasarkan penjelasan diatas, tanaman bambu tali dapat dijadikan serat dan insock sepatu. Data menunjukkan bahwa semua pengujian yang dilakukan memenuhi standar SNI 8877:2020 untuk pengujian abrasi kering dan basah, absorbsi dan desorbsi, ketebalan insock dan SNI ISO 20743:2011 untuk anti- bakteri pada perhitungan jumlah bakteri menggunakan metode TPC. Artinya insock yang dibuat memiliki kondisi sampel yang baik. Hasil dari pengolahan data menggunakan uji one way ANOVA diperoleh hasil bahwa perbedaan gramasi non- woven berpengaruh terhadap kualitas insock sepatu pengaman. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.title | PENGARUH GRAMASI KAIN NON-WOVEN BERBAHAN DASAR SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) TERHADAP KUALITAS KAIN DALAM PEMBUATAN INSOCK SEPATU PENGAMAN | en_US |
dc.type | Other | en_US |
Appears in Collections: | Teknik Tekstil |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
BAB I.pdf | 3.14 MB | Adobe PDF | View/Open | |
Daftar Isi.pdf | 3.12 MB | Adobe PDF | View/Open | |
Daftar Pustaka.pdf | 3.14 MB | Adobe PDF | View/Open | |
Intisari.pdf | 3.13 MB | Adobe PDF | View/Open | |
Lampiran.pdf | 3.14 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.