Please use this identifier to cite or link to this item: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/1166
Title: UPAYA PENURUNAN TINGKAT KELOLOSAN CACAT PADA QUALITY CONTROL DENGAN CARA PENYAMAAN PERSEPSI DAN MUNSELL TEST DI PT AGUNG BUSANA LESTARI
Authors: Nabila, Faradina Setiawan
Issue Date: 2023
Abstract: PT Agung Busana Lestari termasuk sektor industri manufaktur pakaian jadi yang berada di Tasikmalaya, Jawa Barat. Perusahaan ini memproduksi produk lokal maupun ekspor berupa kemeja dewasa, kemeja anak, dan kaos. PT Agung Busana Lestari berdiri sejak Agustus tahun 2016 yang merupakan perubahan nama perusahaan dari PT Agung Kreasi Harmoni yang telah berdiri sejak 2004. Perkembangan pesat industri manufaktur pakaian jadi ini diiringi dengan strategi bisnis yang diterapkan oleh masing-masing industri untuk mempertahankan posisi dan memenuhi permintaan pasar. Strategi bisnis ini tentunya dilakukan untuk meningkatkan daya saing industri di Indonesia, salah satunya dengan menghasilkan produk yang berkualitas. Penelitian ini didasari adanya permasalahan pada quality control berupa kelolosan cacat pada garmen di final inspection sehingga menurunkan mutu atau kualitas garmen maupun industri manufaktur itu sendiri, di mana hasil final inspection melebihi batas AQL sebesar 6%. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perbaikan untuk mengatasi masalah tersebut. Upaya yang dapat dilakukan yaitu menerapkan penyamaan persepsi dan munsell test pada operator QC. Penyamaan persepsi merupakan kegiatan memeriksa beberapa garmen secara bergilir dan dilanjutkan dengan pencocokan temuan cacat pada masing-masing garmen oleh tiap peserta, lalu diakhiri dengan diskusi penetapan batas toleransi pada cacat yang masih terdapat perbedaan pendapat antar peserta. Pelaksanaan kegiatan penyamaan persepsi ditujukan untuk operator QC sewing dan QC finishing. Kemudian munsell test merupakan pengujian buta warna pada seseorang dengan cara menyusun perpindahan satu tone warna ke tone warna lainnya. Munsell test ini ditujukan untuk QC fabric. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan diolah, dapat diketahui cacat dominan pada hasil final inspection yaitu tidak ada jahitan zigzag dan shading. Kemudian beberapa faktor penyebab masalah kelolosan cacat dominan, yaitu operator QC kurang paham tentang spesifikasi buyer, fabric shading dari supplier, implementasi teknik pemeriksaan belum maksimal, serta tidak terdapat light box untuk cek shading. Maka dari itu dilakukan implementasi penyamaan persepsi pada QC sewing dan finishing sebanyak 9 orang dan munsell test dilakukan oleh QC fabric sebanyak 2 orang. Implementasi penyamaan persepsi dan munsell test ini cukup efektif, namun ada beberapa perbedaan dalam pelaksanaan di lapangan dengan prosedur yang telah ditentukan. Hasil dari implementasi penyamaan persepsi menyatakan sebanyak 1 orang dalam kategori sangat paham, 5 orang dalam kategori paham, 1 orang dalam kategori kurang paham, dan 2 orang dalam kategori tidak paham. Lalu hasil munsell test kedua QC fabric masuk ke dalam kategori cukup untuk skor munsell test tersebut. Berdasarkan hasil implmentasi, kemudian dilakukan pemaparan ulang pada QC sewing dan finishing agar mereka kembali memahami spesifikasi buyer dan batas toleransi cacat yang telah ditentukan. Lalu QC fabric akan terbiasa melihat perbedaan warna dalam skala kecil, sehingga lebih mudah menemukan cacat shading saat memeriksa kain. Hasil penelitian ini menunjukkan implementasi penyamaan persepsi dan munsell test terbukti dapat menurunkan tingkat kelolosan cacat pada quality control. Hal ini ditunjukkan oleh hasil final inspection yang mengalami penurunan tingkat kelolosan cacat yaitu dari 6% menjadi 2,4%, sehingga persentase penurunan tingkat kelolosan cacat sebesar 0,6%.
URI: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/1166
Appears in Collections:Produksi Garmen Dan Fashion Desain



Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.