LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN DI PT SUPERBTEX

Abstract

PT Superbtex merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang pemintalan benang berbadan hukum Perseroan Terbatas ( PT ) . Pada tahun 1971 pabrik ini berdiri menggunakan sistem Penanaman Modal Asing ( PMA ) . Tahun 2003 menggunakan bantuan Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ) sebesar 10.000.000 USD. Lokasi PT Superbtex berada di Jalan Raya Banjaran KM 15,3 Kabupaten Bandung. Perusahaan ini mampunyai luas tanah sebesar 103.000 m dengan luas bangunan 10.000 m 2 . Struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan ini berbentuk garis dengan pimpinan tertinggi seorang Direktur Utama. Jumlah karyawan pabrik sampai bulan Maret 2015 sebanyak 332 orang. Produksi benang PT Superbtex terdiri atas dua jenis bahan baku, yaitu poliester semi dull dan poliester super bright. Kapasitas produksi mencapai 16.400 kg/hari dengan 38.160 mata pintal. Hasil produksi dipasarkan 70% lokal dan 30% ekspor. Mesin penunjang proses produksi di PT Superbtex terdiri atas satu unit mesin Bale Plucker, dua unit mesin MBO, dua unit mesin Mixer, satu unit mesin Unistore, satu unit mesin NCF, satu unit mesin Opener, tujuh unit mesin carding merek Rieter tipe C-60, enam unit mesin carding merek Toyoda Meikin tipe TM8S, dua unit mesin carding Merek Trutzschler tipe DK 760, enam mesin drawing passage I ( breaker ) merek Cherry Hara tipe DX-500, enam mesin drawing passage II ( finisher ) merek Rieter tipe RSB D-45, dua mesin roving merek Laksmi, empat mesin roving merek Hong Yuan, 59 mesin ring spinning, serta sebelas mesin winding. Sarana penunjang produksi yang terdapat di pabrik ini seperti tenaga listrik, kompresor, pendingin ruangan, pengolahan air, laboratorium, gudang dan bengkel. Topik yang diangkat dalam tinjauan khusus membahas mengenai upaya meningkatkan efisiensi dengan cara perbaikan prosedur pembersihan mesin winding savio polar di PT Superbtex. Berdasarkan pengamatan, adanya fly waste terselip pada bagian waxing shaft yang mengganggu laju benang dan membuat tegangan benang semakin tinggi sehingga mengakibatkan sering terjadi putus benang. Hal ini mengakibatkan penurunan efisiensi mesin dibawah standar yang diinginkan oleh perusahaan.