Please use this identifier to cite or link to this item:
http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/325
Title: | PENERAPAN STANDAR AQL 1.0 UNTUK PENGAMBILAN SAMPLE OUTPUT PADA SAAT RANDOM INSPECTION DI PT DRAGON FOREVER |
Authors: | Ika, Ramadhani |
Issue Date: | 2016 |
Abstract: | PT Dragon Forever adalah salah satu perusahaan asing yang bergerak di industri pakaian jadi dengan modal 100% asing ( PMA ) . PT Dragon Forever merupakan anak perusahaan dari Reliable Source Industrial ( RSI ) Group asal Taiwan. PT Dragon Forever menghasilkan produk seperti baju yoga, baju senam dan pakaian olahraga lainnya. Pakaian olahraga identik dengan penggunaan serat spandex dan polyester yang mempunyai tingkat penyusutan yang beragam tergantung komposisi seratnya. Bagian quality control ( QC ) dan quality assurance ( QA ) menerapkan beberapa sistem pemeriksaan dengan urutan in line inspection, end line inspection, random inspection, pre final inspection dan final inspection. Final inspection dilakukan oleh buyer dengan menerapkan standar AQL 1.5. Pre final inspection dilakukan pada saat produk jadi yang sudah berada di gudang jadi mencapai 80% oleh Bagian QA dengan standar AQL 1.0. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah cacat yang ditemukan pada saat final inspection karena AQL 1.0 lebih ketat daripada AQL 1,5. Sedangkan untuk random inspection dilakukan pada saat produk sudah diperiksa oleh QC end line. Satu orang QC random akan memeriksa hasil dari 3 line sewing. Dalam 1 hari seorang QC random akan melakukan random inspection sebanyak 2 kali untuk setiap line. Jumlah produk jadi yang akan diperiksa untuk satu kali pemeriksaaan adalah sebanyak 20 pieces. Hal ini tidak sesuai dengan SOP yang ditetapkan. Jumlah sample yang harus diperiksa berdasarkan SOP adalah sebanyak 20% dari hasil endline inspection. Produk yang sudah diperiksa oleh QC random akan segera dikemas untuk disimpan di gudang jadi untuk dilakukan pre final inspection. Kasus yang terjadi di PT Dragon Forever yaitu banyaknya Purchase Order ( PO ) yang harus diperiksa ulang setelah dilakukan prefinal inspection karena jumlah cacat yang ditemukan lebih dari 1% atau sesuai dengan AQL 1.0. Penyebabnya adalah jumlah sample yang diperiksa saat random inspection tidak mewakili jumlah produk yang ada sehingga menyebabkan banyaknya produk yang cacat hingga ke pemeriksaan pre final. Salah satu cara untuk mengurangi jumlah perbaikan produk cacat setelah pre final inspection adalah dengan menerapkan standar AQL 1.0 pada saat random inspection. Dengan menerapkan standar AQL 1.0 untuk sampel random dapat mengurangi jumlah cacat yang ditemukan pada saat pre final inspection. |
URI: | http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/325 |
Appears in Collections: | Produksi Garmen Dan Fashion Desain |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
BAB I.pdf | 205.78 kB | Adobe PDF | View/Open | |
Daftar Isi.pdf | 179.56 kB | Adobe PDF | View/Open | |
Daftar Pustaka.pdf | 154.34 kB | Adobe PDF | View/Open | |
Intisari.pdf | 174.27 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.