Please use this identifier to cite or link to this item: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/250
Title: PENGAMATAN PENGARUH DRAW RATIO TERHADAP TIMBULNYA FUSED FIBER PADA PROSES PEMBUATAN SERAT POLIESTER STAPLE
Authors: Muhammad, Faisal Saputra
Issue Date: 2015
Abstract: Kebutuhan permintaan akan serat buatan kini kian meningkat, salah satunya adalah serat poliester. Selain kegunaanya sebagai pengganti serat alam, serat buatan juga dapat dicampur dengan serat-serat alam yang dalam bentuk serat staple. PT. Asia Pacific Fibers, Tbk Karawang merupakan salah satu penghasil serat poliester staple. Serat staple dibuat dengan cara memotong-motong filamen. Kualitas serat staple sangat ditentukan pada proses lanjutan yaitu proses draw line (proses peregangan). Proses ini merupakan proses terjadinya penarikan dan pemanasan sampai dengan pemotongan tow dari spinning menjadi fibre sebagai hasil akhir produk. Besarnya peregangan benang filamen poliester pada proses draw line disebut draw ratio. Draw ratio tidak hanya mempengaruhi sifat fisika serat poliester, tetapi dapat juga menyebabkan timbulnya fused fiber. Untuk mengetahui pengaruh draw ratio terhadap sifat fisika serat (kekuatan tarik dan mulur serat) dan timbulnya fused fiber, maka dilakukan pengamatan terhadap perlakuan draw ratio dengan variasi 3,28 %; 3,30 %; 3,35 %; 3,38%; 3,50 %. Hasil dari variasi perlakuan draw ratio tersebut masing-masing menghasilkan jumlah fused fiber sebesar 1218,40 mg/10kg (12,18 %), 860,15 mg/10kg (8,60 %), 665,30 mg/10kg (6,65 %), 429,30 mg/10kg (4,29 %), 6,15 mg/10kg (0,06 %), kekuatan tarik sebesar 6,53 g/denier; 6,63 g/denier; 6,23 g/denier; 6,85 g/denier; 6,92 g/denier, dan mulur serat sebesar 24,45 %; 22,70 %; 20,85 %; 19,75 %; 18,50 %. Perlakuan variasi draw ratio pada proses draw line menunjukkan bahwa semakin besar draw ratio maka fused fiber yang dihasilkan semakin rendah, kekuatan tarik semakin besar, dan mulur serat yang dihasilkan semakin rendah. Dari pengolahan statiska menggunakan persamaan regresi dan linier hubungan antara draw dengan fused fiber dapat diperoleh y = 17697 - 5074,7x. Berdasarkan data pengamatan yang telah dilakukan dapat diperoleh kondisi optimum penggunaan draw ratio yaitu 3,50 %. Kondisi ini sesuai dengan standar perusahaan yaitu fused fiber sebesar 6,15 mg/10kg atau 0,06 % (standar perusahaan : < 31 mg/10kg atau < 0,31 %), kekuatan tarik sebesar 6,92 g/denier (standar perusahaan : 6,7 ± 0,2 g/denier), dan mulur serat sebesar 18,50 % (standar perusahaan : 21 ± 3 %). Sedangkan untuk menghasilkan fused fiber 0 %, berdasarkan persamaan y = 17697 - 5074,7x, maka dapat diperoleh nilai draw ratio sebesar 3,49 % yang dapat menghasilkan kekuatan tarik sebesar 6,95 g/denier dan mulur serat sebesar 18,04 %.
URI: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/250
Appears in Collections:Kimia Tekstil

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
BAB I.pdf294.49 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Isi.pdf264.44 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Pustaka.pdf348.8 kBAdobe PDFView/Open
Intisari.pdf175.24 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.