Please use this identifier to cite or link to this item: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/130
Title: STUDI PEMILIHAN TEGANGAN BENANG ATAS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI TERJADINYA PUTUS BENANG PADA MESIN SAKU BOBOK UNTUK STYLE TROUSER PRIA PDAM
Authors: Atini, Rahmah
Issue Date: 2015
Abstract: PT Dekatama Centra merupakan perusahaan manufaktur pakaian jadi dengan jenis produk uniform dan retail. Produk uniform merupakan produk pesanan buyer berupa pakaian seragam kerja untuk instansi atau perusahaan. Produk retail merupakan produk yang dibuat oleh perusahaan dengan memakai merek sendiri untuk dijual ke beberapa factory outlet dan departement store. Salah satu jenis produk uniform yang diproduksi adalah trousers PDAM berupa celana panjang formal dengan saku bobok di bagian belakang celana. Penjahitan saku bobok mengunakan mesin saku bobok merek Automated Sewing Systems ( ASS ) tipe 3100/1. Mesin tersebut menggunakan jarum dengan nomor jarum 14 dan nomor jarum 16 untuk mulut saku bagian atas. Tegangan benang jarum yang digunakan sebesar 40 gram dan benang bobin sebesar 25 gram. Masalah yang sering terjadi pada proses pembuatan celana pria ( trousers) adalah putus benang pada proses penjahitan saku bobok. Jumlah putus benang yang terjadi rata-rata sebanyak 8 kali putus benang setiap 10 menit. Ketika proses penjahitan dilakukan kemudian terjadi putus benang pada saat penjahitan, maka proses penjahitan saku bobok dihentikan kemudian dilakukan perbaikan dan penjahitan ulang. Proses pendedelan dan penjahitan ulang dapat membuang waktu proses produksi. Hal ini dapat mengakibatkan terlambatnya proses selanjutnya dan dikhawatirkan dapat menyebabkan terlambatnya pengiriman barang kepada customer, padahal pengiriman tepat waktu merupakan salah satu nilai mutu pakaian jadi. Faktor utama penyebab putus benang adalah tegangan benang atas yang tidak sesuai. Tegangan atas yang digunakan terlalu tinggi sehingga menyebabkan terjadinya tarikan dari benang atas yang melewati kain tertahan oleh nuts. Hal ini akan menyebabkan benang atas putus. Tegangan benang atas yang digunakan sebelumnya adalah 40 gram. Tegangan benang atas diturunkan menjadi 34 gram dan 36 gram. Jumlah putus benang yang terjadi dengan tegangan benang atas 34 gram adalah rata-rata sebanyak 2 kali setiap 10 menit, sedangkan jumlah putus benang dengan tegangan benang atas 36 gram rata-rata sebanyak 3 kali setiap 10 menit. Tegangan benang atas 34 gram menghasilkan jahitan yang kerut dikarenakan tidak seimbangnya tegangan benang atas dengan tegangan benang bawah. Tegangan benang atas yang optimal untuk penjahitan saku bobok untuk pesanan ini adalah 36 gram karena putus benang yang terjadi lebih sedikit dari sebelumnya serta menghasilkan hasil jahitan yang baik.
URI: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/130
Appears in Collections:Produksi Garmen Dan Fashion Desain

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
BAB I.pdf216.32 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Isi.pdf185.04 kBAdobe PDFView/Open
Daftar Pustaka.pdf164.38 kBAdobe PDFView/Open
Intisari.pdf156.63 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.