Please use this identifier to cite or link to this item: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/1176
Title: PENERAPAN BEHAVIOR BASED SAFETY DENGAN METODE DO IT PADA AREA CUTTING DI ASKABAH KONVEKSI
Authors: Susi, Afriana Siregar
Issue Date: 2023
Abstract: Kecelakaan kerja terus saja terjadi di setiap produksi. Kecelakaan yang berasal dari tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition). Kecelakaan akan terus terjadi apabila tidak ada kemauan untuk merubah kebiasaan buruk. Maka dari itu kunci untuk menghilangkan kecelakaan adalah dengan menerapkan perilaku keselamatan (behavior based safety) sebagai pencegahan terhadap potensi bahaya di tempat kerja. Behavior Based Safety adalah suatu upaya yang telah disajikan dalam sebuah teori untuk mencegah kecelakaan secara pro-aktif yang berfokus pada At Risk Behavior atau perilaku berbahaya yang berpeluang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Penelitian dilakukan di salah satu Konveksi di Bandung yaitu Askabah Konveksi. Penerapan Behavior Based Safety dilakukan di bagian cutting karena merupakan bagian dari proses produksi yang paling rentan mengalami kecelakaan kerja. Tujuan dari penerapan untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja yang terjadi pada area produksi cutting Askabah konveksi dengan menggunakan metode DO IT dan menganalisa perubahan perilaku pada bagian cutting dalam berperilaku aman pada saat bekerja. Dalam penerapan Behavior Based Safety dilakukan dalam empat tahap yaitu yang pertama define. Tahap define merupakan tahap penentuan target. Kedua, yaitu tahap observasi dimana tahap ini bermaksud mengidentifikasi perilaku tidak aman yang dilakukan pekerja. Tahap ketiga yaitu intervensi yang bertujuan untuk memberikan atau memperbaiki tindakan tidak aman. Keempat test, yang bermaksud menilai dan meninjau ulang tahapan intervensi apakah berhasil atau tidak. Empat tahapan ini juga dapat disingkat dengan metode DO IT (Define, Observe, Intervene, Test). Tahap define pada penelitian ini yaitu bagian cutting dilakukan observe terhadap tindakan pekerja untuk mengidentifikasi bahaya yang akan terjadi. Pada proses cutting setiap proses memiliki risiko yang berbeda. Proses spreading nilainya 100 dan cutting nilainya 90 ini mengartikan bahwa membutuhkan tindakan perbaikan, dan limbah kain dengan risiko 1 namun harus dikurangi seminimal mungkin. Tahap kedua yaitu observe dengan menggunakan critical behavior checklist dan at-risk untuk memperoleh safe behavior index. Pada bagian cutting sebelum intervensi memperoleh nilai 12,5% Tahap ketiga yaitu intervensi yang dilakukan dengan model ABC (Activator, Behavior, Consequences). Pada bagian cutting intervensi berupa pemberian APD seperti sarung tangan baja dan masker. Tahap keempat yaitu test, dilakukan untuk meilhat perubahan setelah intervensi. Perubahan pada bagian cutting menurut penilaian safe behavior index menjadi 75 % Dari peningkatan ini bisa terlihat bahwa penerapan behavior based safety di Askabah konveksi tergolong cukup baik untuk memperbaiki at-risk pada operator.
URI: http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/1176
Appears in Collections:Produksi Garmen Dan Fashion Desain



Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.