Please use this identifier to cite or link to this item:
http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/1011
Title: | LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN DI BUTIK HARRY IBRAHIM |
Authors: | Mia, Amelia |
Issue Date: | 2017 |
Abstract: | Laporan Praktik Kerja Lapangan disusun berdasarkan praktik kerja lapangan yang dilaksanakan selama 64 hari kerja dari tanggal 3 Oktober 2016 sampai 23 Desember 2016 di Butik Harry Ibrahim. Butik Harry Ibrahim sudah berdiri sejak tahun 1998 meskipun pada awalnya Harry Ibrahim membuka usaha konveksi di Jalan City no.17, Karang anyar, Bandung untuk kebutuhan department store. Pada tahun 2003 Hary Ibrahim bergabung bersama Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI). Hingga saat ini Harry Ibrahim merupakan ketua APPMI Jawa Barat. Saat ini Harry Ibrahim bekerjasama dengan desainer Harry Lam dan Suan Zhuang membuat brand POSE yang menyediakan pakaian ready to wear dengan segmen pasar menengah ke atas. Dalam perjalanan karirnya sebagai desainer, prestasi yang diraih oleh Harry Ibrahim diantaranya, event Wedding Exhibition, fashion show Jakarta Food and Festifal (JFF) pada tahun 2004-2013, Indonesian Fashion Week (IFW) tahun 2012-2013 dan Hongkong Fashion Week tahun 2015-2016. Dari pengalaman dan prestasi yang telah diraih, Harry Ibrahim dikenal sebagai desainer profesional asal Bandung. Butik Harry Ibrahim merupakan butik yang berorientasi pada produksi busana pengantin dan busana pesta dengan segmen pasar kalangan menengah ke atas. Material kain yang sering digunakan adalah lace, tafeta, tulle, mikado, brukat dan lain-lain. Saat ini Butik Harry Ibrahim berlokasi di Jalan Karang Anyar no.65, Astana Anyar, Bandung. Luas tanah Butik Harry Ibrahim adalah 600 m2 yang terdiri dari dua lantai. Lantai satu bangunan digunakan sebagai butik untuk kebutuhan client sedangkan pada lantai dua digunakan sebagai tempat produksi. Jumlah karyawan di Butik Harry Ibrahim adalah 23 orang dengan kapasitas produksi sebanyak 25 busana Haunte Couture setiap bulannya. Proses produksi dilakukan di butik mulai dari pembuatan pola, pemotongan kain, penjahitan, pengaplikasian, pemasangan serta pembuatan aksesoris tambahan hingga proses finishing dan pengemasan. Jumlah mesin proses produksi yang tersedia di Butik Harry Ibrahim adalah 10 unit mesin jahit (single needle machine), satu unit mesin obras (overlock machine), dua unit setrika dan satu unit setrika uap. Pada bab IV diskusi pengamatan berdasarkan praktik kerja lapangan di bagian produksi khususnya pada perencanaan kain. Tidak adanya informasi mengenai jumlah persedian kain dapat menghambat proses produksi dan perubahan desain. Persediaan kain yang dibutuhkan memerlukan pendataan khusus untuk mengetahui informasi mengenai jumlah kain yang tersisa sebagai stock barang. Persediaan jumlah kain yang tidak terdata dapat mengakibatkan kerugian secara material karena bahan baku yang tersedia tidak digunakan secara baik. Pendataan persediaan jumlah kain dapat memberikan informasi mengenai jumlah kain yang telah digunakan, peruntukan kain untuk busana client dan sisa kain yang tesedia. Untuk mengetahui informasi mengenai persedian kain secara pasti maka diperlukan pendataan dengan dilakukan pencatatan mengenai penggunaan kain dengan cara menggunakan form persediaan kain. Isi form tersebut adalah informasi kain berupa nama kain, jenis, kode, warna dan panjang kain, tanggal penerimaan kain, swatches kain dan jumlah pemakaian kain pada setiap proses pembuatan busana. |
URI: | http://localhost:8080/jspui/handle/123456789/1011 |
Appears in Collections: | Produksi Garmen Dan Fashion Desain |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
BAB I.pdf | 1.04 MB | Adobe PDF | View/Open | |
Daftar Isi.pdf | 1.04 MB | Adobe PDF | View/Open | |
Daftar Pustaka.pdf | 1.03 MB | Adobe PDF | View/Open | |
Ringkasan.pdf | 1.03 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.